Senin, 28 Maret 2016

Cerpen Sedih: Di Lima Belas, Aku Menunggu

Cerpen Sedih Di Lima Belas, Aku Menunggu



Ini adalah lima belas kalinya lima belas berganti. Aku selalu menunggunya di tempat yang sama, di jam yang sama dan di tanggal yang sama.

Janji yang ia ucapkan masih jelas dalam ingatku.

"Aku akan kembali tanggal lima belas, tunggulah aku di sini." Ia penuh keyakinan saat melapalkan janji itu.

Aku si pungguk, tak berhenti menjemput janji yang tak tiba. Selalu di sini, di jembatan pukul 15.00 tepat. Sendiri, hanya membawa jiwa yang mulai rapuh.

Kulihat jam tangan, sudah lewat dua puluh menit dari jam 15.00. Ia yang kutunggu, seperti biasa tak menampakan ujung rambut.
Ingin kuakhiri penantian ini, namun aku takut di saat itu terjadi, ia datang dan memenuhi janjinya. Lagipula bukan pria itu yang salah. Aku memintanya pergi. Aku memintanya meninggalkan pulau ini. Tepat saat ia melamarku, di jembatan ini, aku berjanji menerima, jika ia pergi. Ya, dia harus pergi.

Jumat, 25 Maret 2016

Cerpen: Dooorrr!!!

Dorr!!!


"Dorrr!!!" Suara tembakan disertai pekikan wanita sontak menggegerkan warga yang sebagian besar masih lelap tertidur.

Wanita dengan mukena putih bernoda darah itu menangis tertahan. Kakinya bergetar tanpa bisa ia hentikan. Matanya terpaku pada tubuh bersimbah darah di hadapannya.

Ia ingin mundur menjauh, namun tak bisa. Dinding kayu rumah itu menghentikan langkahnya.

Beberapa pria berseragam tampak tak puas hanya menembak kepala pria tak bernyawa itu. Mereka juga mengacak-acak tubuhnya. Mencari sesuatu di sana namun tak ada apa-apa.

Dua lainnya dari mereka mengobrak-abrik apapun yang mereka lihat di dalam rumah itu. Buku-buku yang rapi di lemari, dijungkirbalik. Laci-laci dibuka paksa. Apa saja yang berbentuk tempat penyimpanan tak luput dari target mereka.

Sabtu, 19 Maret 2016

Cerpen: Bintang Kecil

Bintang Kecil


"Bintang kecil di langit yang biru, amat banyak, menghias angkasa ...."

Tyo tersenyum saat bocah yang duduk di bawah pohon rindang itu bernyayi.

"Kamu belum tidur, Ki? Sudah malam, lho." Tyo pun ikut duduk di sampingnya.

Pohon yang terletak di pojok halaman rumah itu adalah tempat favorit mereka selama ini. Selain sejuk, tempat itu terlindung. Kalau mereka dimarahi  sang mama, mareka akan berlari sembunyi di sana.

"Aku ingin terbang dan menari ...." Bocah itu terus menyanyi dengan nada yang terdengar dingin dan datar.